TALI RASA ADBM-MDLM
SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 21
Terlihat Panembahan Pamungkas berdiri menghadap dua yang berasal dari
Lembah Wonogiri, orang tua itu tidak banyak menyatakan pendapatnya, ia
lebih banyak diam, berbekal keterangan dari Sunan Muria maka guru Agung
Sedayu itu mencoba memahami sikap yang melatarbelakangi orang yang
bernama Panca Sadewa itu, sementara hatinya telah siap menerima
kedatangan muridnya, kelambatan yang sudah direncanakan olehnya beserta
Ki Juru Mertani dan sebenarnyalah tidak lama kemudian terdengar ringkik
kuda yang menggetarkan malam, menegur sempurna gumuk Maguwo yang telah
lama menunggu.
“Selamat malam guru, selamat malam Kyai Puspa
Ngasem dan Bagus Prapat, mohon dimaafkan bahwa aku telah terlambat
datang.” sapa pembuka dari Agung Sedayu meluncur lancar.
Raden
Pamungkas tersenyum, namun tidak demikian dengan Bagus Prapat, anak muda
itu terlihat bergeser maju dan berkata, “Aku telah mengira, bahwa
engkau pasti datang terlambat, perhitungan yang picik, menilai
kejantanan dan kemampuan guru sama dengan kemampuan para penjahat yang
selama ini mengganggumu.”
Agung Sedayu telah meloncat turun dan
menjabat tangan guru bahkan menciumnya, dengan tidak tergesa-gesa
membalikkan badannya dan berkata,”Anak muda, kebiasaanmu bersikap kasar
terhadap orang lain sama sekali tidak menguntungkan, cobalah berbuat
kebaikan dengan mulai mengendalikan hatimu.”
“Persetan, katakan
yang sebenarnya! Bahwa engkau akan menghindari pertempuran dengan guru,
Ki Tumenggung Untara telah dengan mudah dikalahkan oleh guru, apalagi
hanya seorang adiknya.”
Agung Sedayu dan Kyai Gringsing nampak
mengerutkan keningnya, tidak semata-mata karena ucapan Bagus Prapat
tetapi karena mereka menangkap desir halus kehadiran seseorang yang baru
saja datang dan berdiri disamping mereka, seorang anak muda dengan
tumbak Pasir Sewukir di tangannya.
“Anak muda, aku adalah putra
Prabu Hanyakrawati, namaku Pringgalaya dan aku murid dari Ki Tumenggung
Sapta Hasta yang engkau remehkan itu, bagaimana jika aku yang
menggantikan perannya, mencincangmu di alun-alun Mataram dan membawa
kakekmu menghadap Ki Patih Mandaraka? Kesombonganmu telah menggelitik
darahku.” kata Pangeran muda.
Panembahan Pamungkas tertawa kecil,
“Selamat datang Pangeran, nampaknya perjalanan pendek ini menguras
tenaga Pangeran Pringgalaya.”
Pangeran muda membalas dengan
sebuah senyuman, selanjutnya, “Ki Patih telah menahanku di istana
Ramanda, namun aku mempunyai cara sendiri untuk menyusul Ki Tumenggung,
aku tidak akan melewatkan kesempatan ini, sembari menunggu kesembuhan Ki
Untaradira maka aku akan menimba ilmu itu Panembahan.”
Agung
Sedayu pun tak dapat menahan tertawanya, “Apakah Pangeran mas Rangsang
juga berkeinginan demikian? Aku akan kerepotan membagi waktuku.”
Pembicaraan yang mengalir lancar itu telah menampar muka Bagus Prapat,
anak muda itu telah merasakan perbawa orang yang membawa tumbak pendek
itu, sementara Ki Puspa Ngasem telah menguasai diri sepenuhnya.
“Selamat datang Pangeran, tentu aku tidak berani melanggar tatanan
Mataram, aku hanya menyatakan bahwa diriku telah siap untuk melayani
keinginan Ki Tumenggung Sapta Hasta,” kata kakek Bagus Prapat.
Pangeran muda itu memandang tajam orang tua itu sejenak dan
sahutnya,”Kyai jangan memutar balikkan kata-kata dan membohongiku, aku
mengenal sifat dan sikap guruku.”
“Hem..,” Kyai Puspa Ngasem mendesah perlahan.
Sementara Panembahan Pamungkas telah mengambil sikap dan berkata kepada
muridnya, “Angger Sedayu, ambilah tantangannya, aku dan pangeran
Pringgalaya akan menjadi saksi, jika terjadi kecurangan maka kami tidak
akan segan-segan turun tangan dan menghukum siapapun yang memulainya.”
Agung Sedayu mengangguk hormat dan telah bergeser beberapa langkah kedepan mendekati dua orang dari selatan itu
Estu..manteb tenan..monggo ki..
BalasHapusNgapunten nembe nyobi..meniko
Bagus Prapat dibentak Pangeran Pringgalaya: “Anak muda, aku adalah putra Prabu Hanyakrawati, namaku Pringgalaya dan aku murid dari Ki Tumenggung Sapta Hasta yang engkau remehkan itu, bagaimana jika aku yang menggantikan perannya, mencincangmu di alun-alun Mataram dan membawa kakekmu menghadap Ki Patih Mandaraka?" ...
BalasHapusLanjut
HapusWow ceritanya bagus mantap top markotopdmarkotop mengasikan, soga ada kanjutannya
BalasHapusYang penting ada terusannya....
BalasHapus