Rabu, 16 Desember 2015

SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 22

TALI RASA ADBM-MDLM
SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 22

Dan beberapa saat kemudian Kyai Puspa Ngasem pun telah bergeser maju, pandangan matanya sedikit memancarkan keheranan, menatap wajah Agung Sedayu yang bersih dan tenang ternyata telah menimbulkan persoalan sendiri baginya, tiba-tiba detak jantungnya telah berdetak liar dan sulit untuk di kendalikan.

“Anak ini menyimpan sesuatu yang tidak aku mengerti,” desah Panca Sadewa dalam hatinya.

Di pinggir, Bagus Prapat telah menggeram, hatinya menjadi tidak sabar melihat sikap kakeknya, pikirannya telah bertambah kacau saat melihat wajah kakeknya menampakkan keraguan.

“Aku akan segera mulai, bersiaplah Ki Tumenggung, perguruan Harya Sadewa bukanlah perguruan yang kejam sebagaimana dituduhkan banyak orang kepada kami, bersiaplah.”

“Terima kasih Kyai, aku telah bersiap.”

Keduanya telah bersiap dan saling berhadapan, sementara itu Pangeran Pringgalaya nampak tegang melihat sikap murid Harya Sadewa.

Kyai Puspa Ngasem telah menggerakkan tangan kanannya merapat dan menempel di depan dada dan tangan kirinya telah meraba lambungnya, sebuah sikap untuk mengungkap tenaga cadangan yang tersimpan di dalam diri, sedangkan Agung Sedayu telah merapatkan kedua telapak tangannya dan saling menggosok dan pandangan mata menatap tajam pada tubuh lawannya.

Secepat tarikan nafas maka tubuh Kyai Puspa telah dengan sangat cepat menyergap sosok Agung Sedayu yang masih terlihat diam itu, serangan yang datang sangat cepat, tangannya bergerak menggapai dada, andaikan saja yang berdiri itu seorang Untaradira tentu tidak ada kesempatan untuk menghindar kecuali meyilangkan tangannya di muka dada, tetapi yang berdiri itu adalah murid kinasih Panembahan Pamungkas, satu gerakan yang melebihi kecepatan lawannya dan ternyata Agung Sedayu telah lenyap bergeser bahkan tangan kirinya telah berkelebat menghantam bahu kiri lawannya dengan dahsyat, sentuhan pertama yang membuat mata orang tua itu terbelalak kaget, tubuhnya terdorong kesamping kanan.

“Hem.., luar biasa anak muda.”

Agung Sedayu hanya berdiam diri dan bersiap menghadapi serangan berikutnya.

“Terima kasih engkau telah memperingatkanku dan aku akan segera bersungguh-sungguh, bersiaplah.”
Sebuah gerakan yang sangat cepat telah kembali datang melibat Agung Sedayu tanpa ampun, sepuluh pasang tangan telah bergerak bersamaan, melibat dan mengurung dengan kekuatan yang sangat besar, tetapi serangan itu nampaknya masih membentur sesuatu yang sulit digambarkan, seolah tanpa melihat, kedua tangan Ki Tumenggung Sapta Hasta telah bergerak dengan kecepatan yang mengagumkan, mengejar dan menangkis setiap gempuran yang datang, selanjutnya pertempuran itu telah membuat Bagus Prapat kebingungan dan dengan serta merta anak muda itu bergeser maju dengan mulut ternganga.

Ternyata Ki Puspa Ngasem telah memeras tenaganya melebihi yang diperkirakan, kecepatan gerak Agung Sedayu yang dilambari oleh ilmu meringankan tubuh yang nyaris sempurna benar-benar menumbuhkan persoalan tersendiri, beberapa sentuhan tajam pada tubuhnya juga telah memberikan tanda akan kelebihan lawannya yang masih nampak muda itu.

“Hem, Untara pada tingkatan ini sudah terhenti, tetapi adiknya masih juga mampu mengimbangiku bahkan telah berhasil meraba kulitku,” kata Kyai Puspa Ngasem dalam hatinya.

4 komentar:

  1. LOMBA KECEPATAN : Secepat tarikan nafas maka tubuh Kyai Puspa telah dengan sangat cepat menyergap sosok Agung Sedayu yang masih terlihat diam itu, serangan yang datang sangat cepat, tangannya bergerak menggapai dada, andaikan saja yang berdiri itu seorang Untaradira tentu tidak ada kesempatan untuk menghindar kecuali meyilangkan tangannya di muka dada, tetapi yang berdiri itu adalah murid kinasih Panembahan Pamungkas, satu gerakan yang melebihi kecepatan lawannya dan ternyata Agung Sedayu telah lenyap bergeser bahkan tangan kirinya telah berkelebat menghantam bahu kiri lawannya dengan dahsyat, sentuhan pertama yang membuat mata orang tua itu terbelalak kaget, tubuhnya terdorong kesamping kanan.

    BalasHapus
  2. Ruuuaarr biiasaa tumenggung ini bisa disejajjarkan raden sutoooo

    BalasHapus
  3. Mbaca kok rasanya ikut terlibat didalamnya ,dek dek rasa nya

    BalasHapus