Rabu, 16 Desember 2015

SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 24

TALI RASA ADBM-MDLM
SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 24

“Hem.., inilah ciri Harya Sadewa yang sebenarnya, pedang Puspa Jati Wangi benar-benar ada padanya,” Panembahan Pamungkas membathin, dadanyapun terasa berdebar-debar.

“Luar biasa, tenyata pedang Kyai Puspa ada padamu Panca Sadewa,” berkata Kyai Gringsing perlahan, bersamaan itu sebuah ingatan akan satu peristiwa telah kembali muncul, bahwa pengenalan terhadap perguruan Sadewa lewat cerita kakeknya telah terbukti kebenarannya, ayah Untara belumlah menguasai ilmu itu, meski bersenjata pedang, namun Ki Sadewa nampaknya masih harus menapak lebih tinggi lagi, benturan dengan tongkat baja putih milik Mentahun dan sebuah dorongan yang kuat telah merusak jaringan dada saat itu dan benar-benar membuat muridnya jatuh, kehadiran manusia bertopeng yang terlambat beberapa saat, sebuah hentakan cambuknya yang dilambari kekuatan puncak Windujati telah memberi kesempatan kepada Harya Sadewa untuk menolong putranya, sementara ayah Sedayu telah dibawanya menyingkir sampai ajal datang menjemputnya.

“Benar Panembahan, ayah Sadewa telah mewariskannya kepadaku, sedangkan Kitab Jatiwangi telah diserahkan kepada adikku yang mana keberadaannya hingga kini kurang kumengerti, seandainya saja aku dapat bertemu dengan Nyi Sadewa maka semuanya akan menjadi jelas, nampaknya semua menjadi kabur bagiku, aku telah mendengar kepergian adikku ipar tak lama setelah kematian suaminya.”

Panembahan Pamungkas terlihat menarik nafas dalam-dalam, kepedihan dihatinya telah kembali hadir, luka lama yang telah menghilang itu telah muncul kembali.

“Angger Sedayu, semuanya terserah kepadamu, apakah engkau akan menyerah ataukah engkau akan terus bertekad menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya, sebagai manusia bertopeng aku telah berusaha sekuat tenagaku, sebagai manusia bercambuk akupun sempat menyusul Mentahun dan membuat luka arang kranjang ditubuhnya, namun usahaku untuk menghabisinya terhenti oleh seseorang yang tak kukenal,” kata Panembahan Pamungkas kemudian, terbersit perasaan menyesal yang sangat dalam, nyawa muridnya tetap saja tak terselamatkan.

“Guru Panembahan, tentu aku sama sekali tidak menyesali kepergian ayah Sadewa, aku juga tidak pernah menyalahkan siapapun, sebab aku sendiri tidak pernah mengerti akan sebab kematian ayah, kini yang dapat kulakukan adalah menjunjung tinggi kehormatan guru, seorang yang telah mengasuhku hingga kini, yang ternyata tidak saja sebagai guruku tetapi juga guru bagi ayah Sadewa, maka ijinkalah aku untuk membuktikan diri sebagai murid yang tidak akan mengecewakan guru dan sekaligus pepundennya.”
“Hem..,” Kyai Gringsing mendesah perlahan.

Sementara itu Agung Sedayu telah mengurai senjata yang telah lama tidak dipergunakannya, seuntai cambuk berjuntai panjang ciri perguruan orang bercambuk, senjata lentur yang membuat dada Ki Puspa Ngasem berdetak kencang, orang tua itu sama sekali tidak pernah menduga bahwa adik Untara itu akan bersenjatakan cambuk dan segera saja gambaran manusia aneh kembali hadir di pelupuk matanya, cerita seorang Harya Sadewa seolah datang begitu saja, pemuda itu telah hadir di depannya.

“Aku hanya ingin memperingatkanmu angger Sapta Hasta, bahwa Kyai Puspa Jati Wangi bukanlah sejenis pedang yang biasa dan pernah engkau saksikan sebelumnya.”

Agung Sedayu pun tersenyum dan menyahut, “Cambukku juga bukan cambuk gembala yang biasa di temui di pasar sapi, namun cambuk ini adalah cambuk warisan Empu Windujati yang didalamnya mengalir jiwa Ra Mada, guru Panembahan Pamungkas yang telah menyimpannya sebelum memberikannya kepadaku.”

Tentu saja kata-kata Agung Sedayu sangat menggetarkan dada lawannya, “Umurnya tentu belum cukup untuk mendukung kebenaran semua kalimatnya,” Kyai Puspa Ngasem membathin.

30 komentar:

  1. “Aku hanya ingin memperingatkanmu angger Sapta Hasta, bahwa Kyai Puspa Jati Wangi bukanlah sejenis pedang yang biasa dan pernah engkau saksikan sebelumnya.”

    Agung Sedayu pun tersenyum dan menyahut, “Cambukku juga bukan cambuk gembala yang biasa di temui di pasar sapi, namun cambuk ini adalah cambuk warisan Empu Windujati yang didalamnya mengalir jiwa Ra Mada, guru Panembahan Pamungkas yang telah menyimpannya sebelum memberikannya kepadaku.”

    BalasHapus
  2. menarik dan sederhana dari segi cerita kenampakan alur cerita sebenarnya dapat lebih dipertajam serta harus dibuat penasaran dalam penyajian cerita maksudnya bagaiman mengedepankan buah cerita agar tampak lebih berbobot lagi ini komentar dari mulai bab 20bab 13 sampai 20 bab 24 dan terpotong di 20 Bab 15... maaf semoga bermanfaat

    BalasHapus
  3. Mohon penjelasan Ki Agus mau cari
    sambungannya ada dimana ini

    BalasHapus
  4. Mohon maaf sebelumnya ..
    Serial lengkap sepasang garuda baca di mana y ..
    Mohon di balas

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya begitulah resiko baca cerbung, klo penulisnya kehabisan ide.., bingung..., terkatung katung pembaca limbung..ha..ha..ha..

      Hapus
  5. mohon maaf,,kok serba nanggung om agus,,kalo emang mau dicetak buku,tlg dikasih tau dmna beli n pesen..msk grup facebook jg ga bisa..yg ikhlas om kalo bikin karya ntar profit akan ngikut..mhn maaf sblumnya

    BalasHapus
  6. Di bukukan aja Pak Dhe, banyak yang mau beli,, termasuk saya

    BalasHapus
  7. aku dah abca semua karya sh mintadja, kinia adbm yang tak tamat jadi penasaran dan penasaran itu bertambah setelah baca sepasang garuda jika di bukukan pasti banyak cari

    BalasHapus
  8. sy senang cerita tsb dan ingin lanjutannya , trims

    BalasHapus
  9. Lanjutan nya mana?kl mau beli buku nya dmn?

    BalasHapus
  10. Dibukukan aja Pak Dhe, banyak yang mau beli,, termasuk saya
    Atau sengaja membuat penasaran pembaca

    BalasHapus
  11. Ada keinginan saya mengetahui kelanjutannya

    BalasHapus
  12. Ceritanya bikin penasaran sehingga saya pingin mengikuti kelanjutannya mohon diberi informasi.

    BalasHapus
  13. Mohon diberitahukan kelanjutannya 🙏

    BalasHapus
  14. Dimana cerita ini dilanjutkan, sepertinya cerita ini putus begitu saja

    BalasHapus
  15. Balasan
    1. Bagaimana cara mencari lanjutan sepasang Garuda

      Hapus
  16. Kali cerita sepotong potong malah mengecewakan, mendingan terus terang, kalo harus kirim tanda kasih lewat transfer atau email atau gimana lebih terbuka, karena banyak yg suka, ini sdh th ke 5 dari 2015. Maturnuwun 🙏🇮🇩

    BalasHapus
  17. kecewa berat hanya setengah2 tanpa penjelasan...semua karena uang hahahaha

    BalasHapus
  18. Pengin tahu lanjutannya dimana ki Agus

    BalasHapus
  19. Ckp Bagus,tapi CKP nakal dalam mengaduk emosi pembaca...dan itu berujung kurang profesional sebagai penulis cerita

    BalasHapus
  20. Terserah yg mengaranh mau dilanjutkan apa tidak, bagi pembaca seperti saya pinginnya dilanjutkan jika tdk ya tdk apa2 bacaan yg lain jug ada

    BalasHapus