TALI RASA ADBM-MDLM
SEPASANG GARUDA JILID 20 BAB 24
“Hem.., inilah ciri Harya Sadewa yang sebenarnya, pedang Puspa Jati
Wangi benar-benar ada padanya,” Panembahan Pamungkas membathin,
dadanyapun terasa berdebar-debar.
“Luar biasa, tenyata pedang
Kyai Puspa ada padamu Panca Sadewa,” berkata Kyai Gringsing perlahan,
bersamaan itu sebuah ingatan akan satu peristiwa telah kembali muncul,
bahwa pengenalan terhadap perguruan Sadewa lewat cerita kakeknya telah
terbukti kebenarannya, ayah Untara belumlah menguasai ilmu itu, meski
bersenjata pedang, namun Ki Sadewa nampaknya masih harus menapak lebih
tinggi lagi, benturan dengan tongkat baja putih milik Mentahun dan
sebuah dorongan yang kuat telah merusak jaringan dada saat itu dan
benar-benar membuat muridnya jatuh, kehadiran manusia bertopeng yang
terlambat beberapa saat, sebuah hentakan cambuknya yang dilambari
kekuatan puncak Windujati telah memberi kesempatan kepada Harya Sadewa
untuk menolong putranya, sementara ayah Sedayu telah dibawanya
menyingkir sampai ajal datang menjemputnya.
“Benar Panembahan,
ayah Sadewa telah mewariskannya kepadaku, sedangkan Kitab Jatiwangi
telah diserahkan kepada adikku yang mana keberadaannya hingga kini
kurang kumengerti, seandainya saja aku dapat bertemu dengan Nyi Sadewa
maka semuanya akan menjadi jelas, nampaknya semua menjadi kabur bagiku,
aku telah mendengar kepergian adikku ipar tak lama setelah kematian
suaminya.”
Panembahan Pamungkas terlihat menarik nafas
dalam-dalam, kepedihan dihatinya telah kembali hadir, luka lama yang
telah menghilang itu telah muncul kembali.
“Angger Sedayu,
semuanya terserah kepadamu, apakah engkau akan menyerah ataukah engkau
akan terus bertekad menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya, sebagai
manusia bertopeng aku telah berusaha sekuat tenagaku, sebagai manusia
bercambuk akupun sempat menyusul Mentahun dan membuat luka arang
kranjang ditubuhnya, namun usahaku untuk menghabisinya terhenti oleh
seseorang yang tak kukenal,” kata Panembahan Pamungkas kemudian,
terbersit perasaan menyesal yang sangat dalam, nyawa muridnya tetap saja
tak terselamatkan.
“Guru Panembahan, tentu aku sama sekali tidak
menyesali kepergian ayah Sadewa, aku juga tidak pernah menyalahkan
siapapun, sebab aku sendiri tidak pernah mengerti akan sebab kematian
ayah, kini yang dapat kulakukan adalah menjunjung tinggi kehormatan
guru, seorang yang telah mengasuhku hingga kini, yang ternyata tidak
saja sebagai guruku tetapi juga guru bagi ayah Sadewa, maka ijinkalah
aku untuk membuktikan diri sebagai murid yang tidak akan mengecewakan
guru dan sekaligus pepundennya.”
“Hem..,” Kyai Gringsing mendesah perlahan.
Sementara itu Agung Sedayu telah mengurai senjata yang telah lama tidak
dipergunakannya, seuntai cambuk berjuntai panjang ciri perguruan orang
bercambuk, senjata lentur yang membuat dada Ki Puspa Ngasem berdetak
kencang, orang tua itu sama sekali tidak pernah menduga bahwa adik
Untara itu akan bersenjatakan cambuk dan segera saja gambaran manusia
aneh kembali hadir di pelupuk matanya, cerita seorang Harya Sadewa
seolah datang begitu saja, pemuda itu telah hadir di depannya.
“Aku hanya ingin memperingatkanmu angger Sapta Hasta, bahwa Kyai Puspa
Jati Wangi bukanlah sejenis pedang yang biasa dan pernah engkau saksikan
sebelumnya.”
Agung Sedayu pun tersenyum dan menyahut, “Cambukku
juga bukan cambuk gembala yang biasa di temui di pasar sapi, namun
cambuk ini adalah cambuk warisan Empu Windujati yang didalamnya mengalir
jiwa Ra Mada, guru Panembahan Pamungkas yang telah menyimpannya sebelum
memberikannya kepadaku.”
Tentu saja kata-kata Agung Sedayu
sangat menggetarkan dada lawannya, “Umurnya tentu belum cukup untuk
mendukung kebenaran semua kalimatnya,” Kyai Puspa Ngasem membathin.
deg deg serr ki hahahah
BalasHapus“Aku hanya ingin memperingatkanmu angger Sapta Hasta, bahwa Kyai Puspa Jati Wangi bukanlah sejenis pedang yang biasa dan pernah engkau saksikan sebelumnya.”
BalasHapusAgung Sedayu pun tersenyum dan menyahut, “Cambukku juga bukan cambuk gembala yang biasa di temui di pasar sapi, namun cambuk ini adalah cambuk warisan Empu Windujati yang didalamnya mengalir jiwa Ra Mada, guru Panembahan Pamungkas yang telah menyimpannya sebelum memberikannya kepadaku.”
menarik dan sederhana dari segi cerita kenampakan alur cerita sebenarnya dapat lebih dipertajam serta harus dibuat penasaran dalam penyajian cerita maksudnya bagaiman mengedepankan buah cerita agar tampak lebih berbobot lagi ini komentar dari mulai bab 20bab 13 sampai 20 bab 24 dan terpotong di 20 Bab 15... maaf semoga bermanfaat
BalasHapusMohon penjelasan Ki Agus mau cari
BalasHapussambungannya ada dimana ini
uuuuuuu............sdih deh.
BalasHapusMohon maaf sebelumnya ..
BalasHapusSerial lengkap sepasang garuda baca di mana y ..
Mohon di balas
Sudah bubar mungkin????
Hapusya begitulah resiko baca cerbung, klo penulisnya kehabisan ide.., bingung..., terkatung katung pembaca limbung..ha..ha..ha..
HapusHa....ha...ha...
Hapusmohon maaf,,kok serba nanggung om agus,,kalo emang mau dicetak buku,tlg dikasih tau dmna beli n pesen..msk grup facebook jg ga bisa..yg ikhlas om kalo bikin karya ntar profit akan ngikut..mhn maaf sblumnya
BalasHapusDi bukukan aja Pak Dhe, banyak yang mau beli,, termasuk saya
BalasHapusaku dah abca semua karya sh mintadja, kinia adbm yang tak tamat jadi penasaran dan penasaran itu bertambah setelah baca sepasang garuda jika di bukukan pasti banyak cari
BalasHapussy senang cerita tsb dan ingin lanjutannya , trims
BalasHapusLanjutan nya mana?kl mau beli buku nya dmn?
BalasHapusDibukukan aja Pak Dhe, banyak yang mau beli,, termasuk saya
BalasHapusAtau sengaja membuat penasaran pembaca
Ada keinginan saya mengetahui kelanjutannya
BalasHapusCeritanya bikin penasaran sehingga saya pingin mengikuti kelanjutannya mohon diberi informasi.
BalasHapuskemana bila cari lanjutannya
BalasHapuslanjutan dimana
BalasHapusMohon diberitahukan kelanjutannya 🙏
BalasHapusDimana cerita ini dilanjutkan, sepertinya cerita ini putus begitu saja
BalasHapusDimana ya kelanjutannya
BalasHapusKelanjutannya dimana nih..
BalasHapusBagaimana cara mencari lanjutan sepasang Garuda
HapusKali cerita sepotong potong malah mengecewakan, mendingan terus terang, kalo harus kirim tanda kasih lewat transfer atau email atau gimana lebih terbuka, karena banyak yg suka, ini sdh th ke 5 dari 2015. Maturnuwun 🙏🇮🇩
BalasHapusSetuju
Hapuskecewa berat hanya setengah2 tanpa penjelasan...semua karena uang hahahaha
BalasHapusPengin tahu lanjutannya dimana ki Agus
BalasHapusCkp Bagus,tapi CKP nakal dalam mengaduk emosi pembaca...dan itu berujung kurang profesional sebagai penulis cerita
BalasHapusTerserah yg mengaranh mau dilanjutkan apa tidak, bagi pembaca seperti saya pinginnya dilanjutkan jika tdk ya tdk apa2 bacaan yg lain jug ada
BalasHapus